Jumat, 25 April 2008

pondok pesantrenku, Al-Muhajirin

Di sebuah pondok pesantren yang terletak di kota Purwakarta, Jawa Barat, jejen mulai menjalani kehidupan sendiri tanpa orang tua. dari sini jejen mulai membiasakan diri untuk hidup mandiri dan tidak tergantung dari orang tua, yah mungkin ga lepas segalanya cuma aku mulai mengurus kebutuhan dan pengeluaran sendiri. di sinilah aku merubah hidupku. terima kasih jejen ucapkan kepada semua orang yang membantu jejen ketika jejen berada di pondok pesantren.
PondokPesantren Al-Muhajirin, yah itulah nama resmi pesantren jejen. letaknya di jalan Veteran no 155 Purwakarta (pesantren kota Githu). pesantren ini didirikan pada tahun 1993 oleh para tokoh pada waktu itu. tapi sebelumnya namanya adalah yayasan al-wathon. tapi kemudian diganti menjadi pponpes Al-Muhajirin. pimpinan pondok ini bernama KH.Abun Bunyamin.
pertama kali jejen masuk ke pondok ini, yaitu pada tahun 2004, jejen sebenarnya terpaksa. jejen dipaksa sama ibu dan bapak, "kamu harus mesantren pokoknya! kalau ga mau pesantren, ga usah sekolah, lebih baik ngangon domba", itulah kata bapak jejen ketika jejen menolak masuk pesantren dan ngotot pingin sekolah di SMA Negri. yah karena jejen diancam begitu, jejen mau tidak mau harus nurut, dari pada jejen ngangon domba. lagian jejen juga nggak sendirian, jejen mesantren sama ade dan ketiga teman jejen yang lain (ade jejen nemanya iskandar, teman jejen namanya ika, diding dan yusuf) sehingga jejen nggak bakalan kesepian karena jejen udah punya teman akrab. jejen inget waktu jejen mau berangkat ke pesantren untuk pertama kali. seluruh keluarga jejen mulai dari nenek sampai keponakan datang ke rumah untuk melepas jejen dan yang lain pergi (wah ternyata jejen kren juga waktu itu). bahkan nenek (almarhumah) jejen mah sampe nangis-nangis, jejen ingat kata si nenek waktu itu " euh jang sing bener nya diajarna, sing bisa jadi jalma anu pinter anu manfaat. tong kos emak jeung mbah anu bodo. teu bisa ngaji. teu bisa naon-naon. engkin kan upami ujang pinter ngajina tiasa ngadu'akeun ka emak sareng embah upami tos maot tea mah". ya Allah mugi Gusti kersa ngahampura ka kulawargi jejen. sareng mugi Gusti kersa ngababarikeun aranjeuna engkin di yaumil akhir, amiin. jejen waktu itu merasa gimana meureun. jejen merasa astaghfirullah, jejen bener-bener mau nangis pokoknya, tapi jejen ga boleh nangis soalna jejen malu karena banyak orang.

Selasa, 15 April 2008

بسم الله الرحمن الرحيم




Tahun Baru, wah heboh tuh…
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Tuhan yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Shalawat beserta salam mari senantiasa kita tujukan kepada junjungan kita semua yakni nabi akhir zaman Muhammad SAW, yang mana beliau memiliki akhlaq al- karimah dan telah menjadi suri teladan yang paling utama bagi seluruh manusia, beserta para keluarga dan shohabatnya, amiin.
Hari demi hari telah terlewati, waktu berjalan merangkak perlahan namun pasti, tidak terasa tahun pun sekarang telah berganti. Sekarang kita telah sampai di tahun yang dikatakan orang-orang sebagai tahun keberuntungan, tahun di mana kita keluar dari segala musibah yang selama ini melanda negri ini. Dan tahun yang akan menjadi saksi kebangkitan ibu pertiwi. Itulah kata-kata yang saya baca di sebuah majalah. Kren kan? Emang hebat-hebat orang Indonesia mah kalo buat yang kaya ginian mah. Tapi apa bener itu teh? Ga tahu wallahu a’lam.
Yah tahun baru, tahun yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Tahun di mana semua orang menggantungkan harapannya untuk bisa menjadi lebih baik dari pada tahun yang baru saja ia lalui. Tahun yang akan segera dijalani dan tahun yang mugkin akan menjadi tahun keberuntungan bagi bangsa ini. Oleh karena itu, dikarenakan tahun baru ini sangat penting, maka tidak aneh ketika pada malam penggantian tahun atau yang lebih terkenalnya dengan detik-detik pergantian tahun itu datang semua orang di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, orang-orang merayakannya dengan pesta yang begitu meriahnya. Mulai dari pesta kecil-kecilan antar kelompok kecil atau individual, sampai pesta super wah yang diadakan oleh warga satu kampong atau daerah. Memang bener yah tahun baru itu momen yang begitu sangat istimewa dan penting buktinya semua orang bergembira. Semua orang puas. Semua orang senang dengan datangnya si detik-detik yang datang hanya satu tahun sekali itu.
Kita bisa melihat di hampir bahkan seluruh stasiun televisi yang ada di layar kaca menampilkan kegiatan atau pesta penyambutan kedatangan tahun baru ini dari seluruh pelosok tanah air. Wah ternyata bangsa Indonesia hebat juga yah? Bagaimana tidak coba di hampir seluruh wilayah negara kita, semuanya merayakan momen ini. Ada yang ngadain pesta yang wuah buanget, ada yang nyalain korek api, eh kembang api, dengan kembang api yang indahnya itu lho, hmmmh fantastik. Ternyata salah anggapan sebagian orang di dunia yang menganggap bahwa bangsa indonesia itu melarat dan miskin. buktinya, di jogja saja ya, untuk merayakan momen yang hanya berlangsung beberapa detik ini menghabiskan dana sebesar kurang lebih 2 milyar rupiah, nah kalo di seluruh indonesia hmmh, mungkin bisa mencapai triliunan rupiah, hebatkan? siapa dulu dong, indonesia, jogja githu lho. salah pulalah orang yang menganggap bangsa indonesia sekarang ini sedang menderita karena musibah bertubi-tubi yang melanda negeri ini. Indonesia adalah negri yang berbahagia men, buktinya pada malam itu buanyak banget orang mulai dari anak kecil sampai orang dewasa berpesta ria, senang-senang, poya-poya, dan bergembira. terbukti lagi kan, malam tahun baru itu memang momen yang sangat penting dan istimewa.
Tapi apakah benar momen tahun baru itu sepenting dan seistimewa itu? Coba renungkan dan pikir kembali dengan hati dan akal sehat. Apa sih bedanya malam itu dengan malam sebelum atau sesudahnya? Apa sih istimewanya malam tersebut dibandingkan dengan malam-malam yang lain? Apa lebih panjang? Apa lebih pendek? Atau ada pertanda khusus di malam itu, sehingga kita rela melepaskan uang yang sebegitu besar untuk malam tersebut? Coba kita jawab sendiri. “ya jelas ada. malam itukan cuman datang satu kali dalam satu tahun. terus di malam itu juga, kita semua merasa puas dan bergembira, jadi keluar uang juga ga masalah, wong kita juga ga merasa rugi”. Itulah mungkin alasan sebagian besar orang yang merayakan malam itu dengan wuah. Tapi coba lihat, memang semua orang merasa puas, semua senang, semua bergembira, tapi di mana letak jiwa kemanusiaan kita? lihat, di luar sana sebagian saudara kita kelaparan, kehilangan semua harta benda, sakit keras, terguncang jiwanya karena musibah yang tiada henti melanda negeri kita, negeri yang tadi saya bilang negeri yang berbahagia ini. di mana rasa toleransi kita, di saat sebagian saudara kita menangis, kita malah berpesta, kita malah berpoya-poya, berbuat maksiat tanpa merasakan sedikitpun penderitaan yang mereka rasakan?. “Ya ga apa-apa lah, orang bukan saya ini yang kena musibah, lagian salah sendiri kena mushibah. Makanya kalo cari tempat tinggal cari yang aman. Jangan udah tahu tempat itu rawan mushibah, eh malah buat rumah di sana, dasar goblok”. Memang itu benar, mereka yang salah, mereka yang goblok. Tapi coba kita bayangkan bagaimana jika kita jadi saudara kita itu. Di saat kita sedih karena bencana yang menimpa kita, kita melihat orang-orang bergembira, tertawa terbahak-bahak. Di saat kita menangis karena saudara atau keluarga kita meninggal dunia, di luar sana orang-orang malah berpesta pora dan bergembira. Di saat kita tersiksa menahan rasa lapar karena memang kita tidak punya harta benda sedikitpun, di sana, orang-orang malah menghambur-hamburkan uang hanya untuk membeli kembang api, terompet-terompet, dan apalagi itu pernak-pernik buat malam 'istimewa' tersebut. Coba kita bayangkan betapa semakin sakit dan menderitanya kita. Kita sudah kena mushibah yang begitu menyakitkan terus ditambah lagi dengan kelakuan saudara sendiri yang sepertinya menikmati atau bersenang-senang atas penderitaan yang kita alami tersebut. terus ketika ada saudara kita yang lain yang mengingatkan saudara kita yang menikmati dan bersenang-senang tersebut, mereka malah mencemooh dan menyalahkan kita, mengatakan bahwa kitalah yang goblok, kitalah yang salah, sehingga kita pantas menerima musibah dan penderitaan tersebut. Coba kita renungkan kembali.
Sudah seyogyanya di akhir tahun yang dipenuhi oleh segala mushibah ini, kita coba merefleksikan diri kita masing-masing. dengan mengingat-ingat kembali apa yang telah kita lakukan, dan apa yang belum kita lakukan. kita coba memikirkan mengapa di tahun 2007 kemarin banyak sekali mushibah dan bencana yang menimpa kita. apa sebenarnya salah kita? mari kita coba telusuri setiap aspek kehidupan yang kita lalui untuk mencari penyebab semua mushibah ini. apakah mungkin kita telah melakukan banyak kerusakan? apakah kita telah berbuat dzolim selama ini? apakah kita telah melupakan siapa, dari mana, dan mau ke mana sebenarnya kita ini? hanya kita sendiri yang tahu. Inilah yang seharusnya kita lakukan, bukannya berpesta pora ataupun menghambur-hamburkan uang yang semuanya bersifat nafsu dan sia-sia.
wallahu a'lam

Rabu, 26 Desember 2007